Senin, 11 Maret 2013

Organigram PHARMA 2013 | Kabinet Harokatu Tathwiir





Organigram PHARMA 2013 
Kabinet Harokatu Tathwiir
Universitas Padjajaran

•Ketua Pharma                                    : Abdul Hakim
•Sekretaris                                          : Indah Kh. Hardani
•Bendahara                                         : Nur Chumaira
•KI (Kajian Islam)                                : Ivo Ovia Airin
•RTM (Rumah Tangga Mushola)             : Terry Terrawati
•Keputrian                                           : Adilla Raihannisa
•MU (Media Umat)                                : M. Alfy Taufiq
•HRD (Human Resource Development)   : Alvina Arum P.
•JMQ (Jam'iyyatul Qurra)                      : Annisa Noor I.
• Humas                                              : Harbowo Dwi P.
•SDMK (Sumber Daya Manusia Kabinet) : Nurul Asih R.
•Danus                                                : Nusaibah Al Hima

Kamis, 07 Maret 2013

Struktur Badan Pengurus KAMIFA Tahun 2013





Badan Pengurus KAMIFA tahun 2013
Institut Teknologi Bandung

-Ketua                       : Permana Juliansyah (FKK'10)

-Sekjen                      : Dessi Ekawati (STF '10)

-Sekretaris                 : Asih Purnamasari (FKK '10)

-Kamifa Funding        : HIlda Nur Azizah (STF '11)

-Bendahara                : Ati Kuswati (FKK '10)

-KPK                        : Rizkia Lazuardina (STF '10)
           >PSDM          : Masmaranti Khairunisa (STF '11)
           >Permen        : Ardika Fajrul Ihsan (STF '11)
           >Keke            : Fuji Handayani (FKK '11)

-Syi'ar Fakultas          : Sendi Wijaya (STF '11)
            >IT-Syiar       : Ghina Allaniyah (FKK '11)
            >Syi'ar Event  : Mukharij Nur Alam (STF '11)
            >Syi'ar cetak  : Maulina Sriwiduri (STF '10)

-Annisa                      : Kartika Una Juwita (FKK '10)

-Eksternal                  : Cytta Anindita (STF '10)

Senin, 04 Maret 2013

MUBES II UKKI Asy-Syifa' FFUJ

          Alhamdulillahirobbil’alamiin, segala puji hanya bagi Allah sebab hanya atas izinNya Mubes Asy-Syifa’ dapat diselesaikan dengan tertib dan lancar serta membuahkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan. Setelah melalui serangkaian acara, dimulai dari LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) pengurus Asy-Syifa’ periode 2012-2013, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan BPO (Buku Pedoman Organisasi), dan yang terakhir pemilihan ketua umum Asy-Syifa’ periode 2013-2014, maka ditetapkanlah Agil Rizki Fariansyah (2010) sebagai ketua umum yang baru menggantikan Bayu Tri Murti (2009) yang menjabat sebagai ketua umum periode lalu. Semoga akhina Agil senantiasa diberi kekuatan dan kemudahan untuk melaksanakan amanah sebagai ketua umum. Aamiin.

           Mubes II UKKI Asy-Syifa’ diselenggarakan pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 bertempat di Ruang Kuliah I FFUJ. Meski tidak seluruh anggota Asy-Syifa’ hadir, namun hal ini tidak mengurangi semangat teman-teman untuk memberikan kontribusi terbaiknya dalam mubes. Acara dimulai pada pukul 08.30 WIB dengan dipandu Arif Rahman (2011) sebagai MC. Setelah pembukaan acara dilanjutkan dengan pembacaan tilawah oleh Agil Rizki (2010). Lantunan suara yang merdu menambah kekhusyukan dalam mendengarkan kalam Allah yang mulia. Acara selanjutnya yaitu LPJ dari pengurus UKKI Asy-Syifa’ periode 2012-2013. Cukup banyak kritik dan saran yang didapatkan, namun semua menerima dengan hati yang lapang karena setiap kritik ataupun saran disampaikan dengan cara yang baik dan tanpa ada maksud menjatuhkan. Selesai LPJ, acara dilanjutkan dengan ishoma karena telah mendekati waktu dhuhur. Segarnya air wudhu ditambah dengan seporsi nasi yang mengisi perut telah mengembalikan tenaga dan semangat. Meski matahari bersinar terang hari itu tapi tidak menjadi halangan bagi kami untuk tetap bersemangat.

            Tibalah waktunya kini untuk membahas BPO. Untuk mengefisienkan waktu, maka peserta yang ada dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok A membahas AD dan ART sedangkan kelompok B membahas GBHO, MPO, serta mekanisme pemilihan ketua umum. Setelah dibahas dalam tiap kelompok, maka hasilnya kemudian diajukan kepada forum untuk disetujui. Ada hal yang menarik dalam pembahasan BPO ini. Meski yang dibahas merupakan suatu hal yang serius sebab menyangkut pula nasib organisasi ke depannya, sesekali masih muncul gelak tawa. Tentu saja hal ini menjadikan suasana dalam keadaan selalu segar. Selain itu, suasana yang terbangun begitu indah. Terasa sekali ukhuwah yang ada diantara sesama pengurus. Tidak ada debat yang melibatkan emosi. Semua dilakukan di atas dasar ukhuwah. Hingga debat yang ada lebih terasa seperti diskusi dengan kawan dekat. Menjelang maghrib, pembahasan BPO berhasil dirampungkan. Tibalah saat-saat yang paling mendebarkan sekaligus saat-saat yang paling ditunggu, yakni pemilihan ketua umum periode 2013-2014. Namun sebelumnya kami rehat sejenak sekaligus shalat maghrib. Selalu ada semangat baru setelah melaksanakan shalat.

            Dan tibalah waktu untuk pemilihan ketua umum baru. Setelah melalui tahap demi tahap seleksi bagi calon ketua umum, terpilihlah Agil R F (2010) sebagai ketua umum UKKI Asy-Syifa’ FFUJ baru yang akan menjabat pada periode 2013-2014. Dengan terpilihnya ketua umum baru maka berakhir pula seluruh rangkaian Mubes II UKKI Asy-Syifa’ FFUJ. Tak lupa pula dilakukan foto bersama di akhir acara (^-^). Tentu ini semua bukanlah sebuah akhir, namun sebuah awal. Sebab masih banyak PR yang telah menanti untuk diselesaikan. Semoga pengurus yang baru nantinya senantiasa diberikan petunjuk dan kemudahan oleh Allah SWT dalam mengemban amanah ini. Aamiin yaa Rabbal ‘Alamiin.

Salam Hangat,



UKKI Asy-Syifa’ FFUJ

Minggu, 03 Maret 2013

Struktur KMMF UGM 2013/2014


Struktur Kepengurusan KMMF UGM 2013/2014

Ketua Umum                : Riza Maulana (2011)
BKK                            : Wahyu Irawan (FST 2010)
Sekretaris Umum          : Bani Adlina S. (2011)
Bendahara Umum         : Fiehanna W (2011)
Div. Kewirausahaan      : Wahyu Puji P (2011)
Media Opini                 : Hanifah Ridha R. (FST 2010)
Bidang Kemuslimahan   : Amalia Kususmaningrum (2011)
Bidang Syi'ar                : Beni Lestari (2011)
Bidang Jaringan            : A. Bahrul Arzaq (2011)
Bidang Pelayanan Umat: Budi Octasari S (2011)
Bidang Pengembangan  : Annis Khoiri Z (2011)

Inilah Sumbangsih Islam Bagi Dunia Farmasi


Farmasi era khilafah (ilustrasi).
Oleh: Heri Ruslan


“Setiap penyakit pasti ada obatnya.” Sabda Rasulullah SAW yang begitu populer di kalangan umat Islam itu tampaknya telah memicu para ilmuwan dan sarjana di era kekhalifahan untuk berlomba meracik dan menciptakan beragam obat-obatan. 

Pencapaian umat Islam yang begitu gemilang dalam bidang kedokteran dan kesehatan di masa keemasan tak lepas dari keberhasilan di bidang farmakologi dan farmasi.

Di masa itu para dokter dan ahli kimia Muslim sudah berhasil melakukan penelitian ilmiah mengenai komposisi, dosis, penggunaan dan efek dari obat-obat sederhana serta campuran.

Menurut Howard R Turner dalam bukunya Science in Medievel Islam, umat Islam mulai menguasai farmakologi dan farmasi setelah melakukan gerakan penerjemahan secara besar-besaran di era Kekhalifahan Abbasiyah.

Salah satu karya penting yang diterjemahkan adalah De Materia Medicakarya Dioscorides. Selain itu para sarjana dan ilmuwan Muslim juga melakukan transfer pengetahuan tentang obat-obatan dari berbagai naskah yang berasal dari Suriah, Persia, India serta Timur Jauh.

Karya-karya terdahulu itu telah membuat para ilmuwan Islam terinspirasi untuk melahirkan berbagai inovasi dalam bidang farmakologi. ”Kaum Muslimin telah menyumbang banyak hal dalam bidang farmasi dan pengaruhnya sangat luar biasa terhadap Barat,” papar Turner.

Betapa tidak, para sarjana Muslim di zaman kejayaan telah memperkenalkan adas manis, kayu manis, cengkeh, kamper, sulfur serta merkuri sebagai unsur atau bahan racikan obat-obatan. Menurut Turner umat Islam-lah yang mendirikan warung pengobatan pertama. Para ahli farmakologi Islam juga termasuk yang pertama dalam mengembangkan dan menyempurnakan pembuatan sirup dan julep.

Pada awalnya, farmasi dan farmakologi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ilmu kedokteran. Dunia farmasi profesional secara resmi terpisah dari ilmu kedokteran di era kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah. Terpisahnya farmasi dari kedokteran pada abad ke-8 M, membuat farmakolog menjadi profesi yang independen dan farmakologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri.

Dalam praktiknya, farmakologi danfarmasi melibatkan banyak praktisi seperti herbalis, kolektor dan penjual tumbuhan dan rempah-rempah untuk obat-obatan, penjual dan pembuat sirup, kosmetik, air aromatik serta apoteker yang berpengalaman. Merekalah yang kemudian turut mengembangkan farmasi di era kejayaan Islam.

Setelah dinyatakan terpisah dari ilmu kedokteran, beragam penelitian dan pengembangan dalam bidang farmasi atau Saydanah (bahasa Arab) kian gencar dilakukan. Pada abad itu, para sarjana dan ilmuwan Muslim secara khusus memberi perhatian untuk melakukan investigasi atau pencarian terhadap beragam produk alam yang bisa digunakan sebagai obat-obatan di seluruh pelosok dunia Islam.

Di zaman itu, toko-toko obat bermunculan bak jamur di musim hujan. Toko obat yang banyak jumlahnya tak cuma hadir di kota Baghdad – kota metropolis dunia di era kejayaan Abbasiyah – namun juga di kota-kota Islam lainnya. Para ahli farmasi ketika itu sudah mulai mendirikan apotek sendiri. Mereka menggunakan keahlian yang dimilikinya untuk meracik, menyimpan serta menjaga aneka obat-obatan.

Pemerintah Muslim pun turun mendukung pembangunan di bidang farmasi. Rumah sakit milik pemerintah yang ketika itu memberikan perawatan kesehatan secara cuma-cuma bagi rakyatnya juga mendirikan laboratorium untuk meracik dan memproduksi aneka obat-obatan dalam skala besar.

Keamanan obat-obatan yang dijual di apotek swasta dan pemerintah diawasi secara ketat. Secara periodik, pemerintah melalui pejabat dari Al-Muhtasib – semacam badan pengawas obat-obatan – mengawasi dan memeriksa seluruh toko obat dan apotek. Para pengawas dari Al-Muhtasib secara teliti mengukur akurasi berat dan ukuran kemurnian dari obat yang digunakan.

Pengawasan yang amat ketat itu dilakukan untuk mencegah penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dalam obat dan sirup. Semua itu dilakukan semata-mata untuk melindungi masyarakat dari bahaya obat-obatan yang tak sesuai dengan aturan. Pengawasan obat-obatan yang dilakukan secara ketat dan teliti yang telah diterapkan di era kekhalifahan Islam mestinya menjadi contoh bagi negara-negara Muslim, khususnya Indonesia.

Seperti halnya di bidang kedokteran, dunia farmasi profesional Islam telah lebih unggul lebih dulu dibandingkan Barat. Ilmu farmasi baru berkembang di Eropa mulai abad ke-12 M atau empat abad setelah Islam menguasainya. Karena itulah, Barat banyak meniru dan mengadopsi ilmu farmasi yang berkembang terlebih dahulu di dunia Islam.

Umat Islam mendominasi bidang farmasi hingga abad ke-17 M. Setelah era keemasan perlahan memudar, ilmu meracik dan membuat obat-obatan lalu dikuasai oleh Barat. Negara-negara Eropa yang menguasai farmasi dari aneka risalah Arab dan Persia tentang obat dan senyawa obat yang ditulis para sarjana dan ilmuwan Islam. Tak heran, bila kini industri farmasi dunia berada dalam genggaman Barat.

Pengaruh kaum Muslimin dalam bidang farmasi di dunia Barat begitu besar. ”Hal itu tecermin dalam kembalinya minat terhadap pengobatan natural yang begitu populer dalan pendidikan kesehatan saat ini,” papar Turner. Mungkinkah umat Islam kembali menguasai dan mendominasi bidang farmasi seperti di era keemasan?